Minggu, 29 September 2013

Contoh Bahasa Non Ilmiah

First Love Never Die ( Cerpen Romantis Komedi )


Di sebuah desa yang permai. Dimana insan-insan kecil bermain dengan riangnya dibawah rindangnya pepohonan di pelataran sawah yang masih asri, dan belum banyak terkena polusi. Timbulah rasa kasih sayang satu sama lain dari insan kecil yang terkadang rasa itu berevolusi menjadi suatu rasa yang lebih kompleks yang disebut ” CINTA”. Salah satunya aku, nama ku Putra Anggara, ibuku memanggilku Angga. aku tinggal di sebuah desa yang nyaman bernama  Sukamaju. Masa kecilku banyak aku habiskan bermain dengan teman sebayaku, gundu adalah permainan kesukaan ku, bagiku gundu is my everything. Tiada hari tanpa bermain gundu.
            Hingga suatu hari ketika masuk SD, saat rapat penerimaan peserta didik, aku melihat kawan baru di sekitarku, mereka beragam, ada yang bibirnya menurutku seperti trotoar karena bagian bawah bibirnya ada lengkungan tebal. Ada juga teman yang tak berhenti mengeluarkan lendir dari hidungnya, dan ada pula yang gemuk bulat seperti gundu yang sering aku mainkan. Dan saat itulah, pertama kali aku bertemu dengan seorang gadis berkulit putih, berambut hitam lurus,berparas cantik dan sangat anggun,penampilannya sangat berbeda dari yang lainnya. Irene Puspa namanya,biasa dipanggil Irene, rumahnya memang agak jauh dari rumahku, sehingga aku pun jarang bertemu dengannya. Hari pertama masuk sekolah, aku mencukur rambut kepalaku karena saat itu aku belum punya rambut yang lain. Waktu pertama masuk kelas aku melihat Irene yang memakai pakaian yang rapi dengan rambut dikuncir,sungguh, wajahnya mengalihkan duniaku.
            Ibu guru pun masuk kelasku, dengan penampilan yang kurang meyakinkan, ia memakai kacamata bulat, dan lebih mirip siluman beruang daripada menjadi guru. Ia pun berteriak memanggil namaku dengan nada dasar F.Ia mengatur tempat duduk kami. Alangkah senang hatiku, Irene duduk disebelahku. Saat pelajaran, aku sedikit curi-curi pandang padanya. Entah mengapa hatiku serasa bergetar ketika ia  menyapa ku dengan suara merdunya yang bernada dasar D minor.
       “ Hai, boleh aku pinjam pensilnya ?” Tanyanya padaku sambil melempar senyum
       “Tentu,  ambil saja di tas ku” jawab ku gugup
       “Terimakasih “
       “Sama-sama”
Perasaanku aneh, belum pernah aku merasakan perasaan seperti ini, perasaan ini lebih menyenangkan daripada bermain gundu.Oh Tuhan inikah cinta ?.Setelah beberapa hari berlalu, sekolah mengadakan vaksinasi cacar, vaksinasi ini merupakan yang pertama bagiku. Tentu aku sangat takut. Untunglah dokternya cantik sehingga akupun tidak begitu takut lagi. Salah satu teman baikku adalah laki-laki yang wajahnya seperti pentolan boyband Indonesia,  Andrew  Stink namanya, biasa dipanggil Andrew. Kami selalu main bersama, terutama bermain gundu. Menurut garis yang kubuat berdasarkan jenis kelamin, mungkin Andrew masuk zona peralihan, karena wajahnya setengah laki setengah perempuan. Yang paling berkesan dari Andrew adalah kentutnya yang bersuara falseto.  
           
                        Setelah pulang sampai dirumah, aku harus berdinas dengan teman ku, apalagi selain bermain gundu, aku kaget ketika tahu gundu kesayanganku tidak ada ditempat biasanya, kemudian aku bertanya pada ibuku
       “Ibu, gundu-gunduku mana ?”
       “Sudahlah Ang, makan dulu sana, ada bakso spesial tuh !”
Sejenak aku lupa dengan gunduku, karena aku mencurahkan perhatianku sepenuhnya pada bakso yang aku santap. Setelah selesai
       “Gundu-gunduku ??”
       “Tenang lah, gundumu ada di meja depan “
Akupun bernafas lega.
Dikelas ada tiga orang yang dikenal paling nakal dan paling bodoh, namanya Wahyu, Pras, dan Yanto. Nama lengkap mereka mungkin membuat orang tertegun, bagaimana tidak, namanya Wahyu bin Al-Malingi,Prasetyo bin Al-Germoi, dan Yanto bin Al-Premani, gimana, nama penjahat semua kan ?, mereka selalu berbuat keonaran di kelas, aku memberi sebutan mereka “Tiga Sebangkai”mereka tidak naik kelas sebanyak dua kali. Bagiku saat mereka bicara, aku hampir tak mengetahui apa yang mereka maksud, seperti mendengar kucing yang menggonggong.


         Tak terasa kini aku telah duduk di bangku kelas 5 SD, seiring waktu, rasa cintaku pada Irene kian bertambah, Irene kini tampak lebih cantik, tiap ku pandang wajahnya serasa ada hembusan angin tertiup sepoi-sepoi menerpa wajahku, perlu waktu beberapa lama aku menyadari kalau hembusan angin itu adalah kentut dari Andrew, wekkkk,,,, baunya membuat nyeri hidung, untungnya ada Irene , jadi kentut Andrew yang fals terdengar seperti simfoni bagiku. Saat masa jeda, pelajaran kosong, kami gunakan untuk bermain bersama,setelah melakukan perundingan dalam forum resmi yang bertempat dikantin, kami memutuskan untuk bermain polisi-polisian, kebetulan Irenemenjadi polisi dan aku menjadi perampok, dalam hatiku berkata “ Jika aku yang jadi perampok, tentunya sasaran utamanya adalah cintamu “, akupun tersipu sendiri
Hei......, teriakan Andrew membangunkan aku dari khayalan, Irenepun mengejarku.  Saat Irenemengejarku, hatiku sangat gembira, aku bayangkan berlari dalam adegan slow motion, wajahnya berseri-seri bagai pelangi di musim kemarau. Tiba-tiba, braggggg......, aduh ciuman mautku mengenai tepat ditembok samping kantor guru, mulutku pun berdarah, Irene pun menolongku, saat itu jelas sekali parasnya yang menawan.Darah  yang mengucur dimulutku seakan seperti soda gembira. Hal itu pula yang menyebabkan aku tak begitu konsentrasi pada pelajaran, setiap melihat bolpoin, aku selau berpikir, tinta bolpoin itu kelihatannya sedikit, tetapi bisa untuk menulis berlembar-lembar halaman, sama seperti cinta, hanya satu kata tapi berjuta rasanya.
           
                        Setelah kenaikan kelas, perhatianku pada Irenesedikit terpecah, hal itu hal itu disebabkan karena akan diselenggarakan Ujian Akhir Nasional (UAN). Aku mengikuti bimbingan belajar di mana-mana. Tapi aku masih sempatkan untuk bermain bersama Andrew, ia sering menanyakan hal-hal aneh padaku
            “Angga, aku punya tebakan, buah apa yang bikin bingung ?”
            “Emm...., aku tak tahu, apa itu ?”
            “Buah nanas “
            “Lho, kok bisa ???”
            “Lha, itu kamu bingung kan “
            “Memang benar kata orang, lebih baik bicara dengan seribu orang pintar daripada dengan satu orang bodoh.”
“Oh.., tidak bisa “
“Kalau mau gila tidak begini caranya, pake tuh otak “
 Menjelang ujian ini aku sangat sibuk mengurusi ini itu, tak kusadari selama ini Andrew juga memendam rasa yang sama denganku, maksudnya bukan suka padaku, tetapi sama-sama suka dengan Irene . Ketika hari valentine, Andrew menyatakan cintanya pada Irene.Dan Irene pun menerimanya. Saat aku tahu hal itu, hatiku menetapkan hari berkabung dan mengangkat bendera perasaan setengah kecewa. Disaat aku membutuhkan sebuah motivasi, justru aku malah kehilangan teman hati ku, dan mirisnya lagi, sahabatkulah yang merenggutnya. Dalam hatiku berkecamuk, apa lebihnya dia daripada aku, apakah mungkin kentut falsnya, atau muka peralihannya.Meskipun begitu aku harus fair terhadap Andrew, bagaimanapun dialah yang memenangkan hati Irene .
                       
            Kegagalan dalam cinta tak membuat konsentrasi ku pada ujian terpecah, saat hari pelaksanaan ujian, aku bangun pagi dan berangkat sekolah lebih dini. Dikelas aku pun belajar sedikit, saat pengawas datang, wajahnya mengalihkan konsentrasiku pada buku yang kubaca. Astaghfirullah, wajahnya sama saja dengan kebanyakan guru, tatapan matanya menunjukkan seperti kami ingin mengambil jantungnya. Setelah ujian akhir selesai, aku mendaftar SMP terkemuka di kota. Wahh..., sialan, untuk masuk saja, aku harus menyisihkan orang-orang kota, rasanya seperti harus menghancurkan tembok Cina berlapis tembok Berlin.Betapa senang hatiku saat kuketahui aku diterima di sekolah itu. Rasanya seperti ngebelah atmosfer berlapis-lapis, meluncur bareng bareng gadis manis, wisata sepuasnya ke Paris.
           
            Tak selang lama, dari penerimaan SMP, SD kami mengadakan tour ke “Kota Pelajar” Yogyakarta, aku sebangku dengan Andrew, meski dia merenggut Irene dariku, persahabatan itu lebih penting.Selama perjalanan kami bersendau gurau, transit terakhir kami di  Parangtritis, disana aku merasakan desiran angin, tetapi kali ini bukan kentut Andrew, aku melihat langit, aku iri dengan mereka, aku ingin menjadi awan yang bisa terbang bebas di angkasa tanpa merasakan apa itu rasa cinta dan kecewa, tapi aku tersadar dari rasa itu, justru rasa itulah yang membuat hidup berwarna, kehilangan memberi arti memiliki, dan kecewa memberi arti rasa bahagia. Selang beberapa hari kemudian, ada penerimaan hasil UAN pada siswa.Alhamdulillah ya, sesuatu banget, nilaiku lumayan bagus.
            Sehari sebelum masuk hari pertama di SMP, malam hari aku melihat langit dan teringat akan senyum Irene , saat itu pula aku merenung dan menyadari sesuatu, bahwa bukan kentut fals Andrew atau wajah peralihannya yang memikat hati Irene , tetapi keberaniannya mengungkapkan perasaan yang selama ini tak pernah aku miliki. Oh, miris, didalam dada ini terus mengusik keyakinanku, aku bertanya apakah aku bisa memiliki hatimu yang telah termiliki. Mungkin ini takdir, tapi aku selalu yakin Tuhan selalu tahu yang terbaik bagi hambanya. Hingga kini, senyum itu, wajah itu, belum tergantikan sampai detik ini. Bila kau dengar,Irene ,  aku ingin bilang “I Love You my first love”. Because first love is never die

sumber: http://anggorose.blogspot.com/2013/05/first-love-never-die-cerpen-romantis.html

Tidak ada komentar: