First Love Never Die ( Cerpen Romantis Komedi )
Di
sebuah desa yang permai. Dimana insan-insan kecil bermain dengan riangnya
dibawah rindangnya pepohonan di pelataran sawah yang masih asri, dan belum
banyak terkena polusi. Timbulah rasa kasih sayang satu sama lain dari insan
kecil yang terkadang rasa itu berevolusi menjadi suatu rasa yang lebih kompleks
yang disebut ” CINTA”. Salah satunya aku, nama ku Putra Anggara, ibuku
memanggilku Angga. aku tinggal di sebuah desa yang nyaman bernama Sukamaju. Masa kecilku banyak aku habiskan
bermain dengan teman sebayaku, gundu adalah permainan kesukaan ku, bagiku gundu
is my everything. Tiada hari tanpa bermain gundu.
Hingga suatu hari ketika masuk SD, saat rapat penerimaan
peserta didik, aku melihat kawan baru di sekitarku, mereka beragam, ada yang
bibirnya menurutku seperti trotoar karena bagian bawah bibirnya ada lengkungan
tebal. Ada juga teman yang tak berhenti mengeluarkan lendir dari hidungnya, dan
ada pula yang gemuk bulat seperti gundu yang sering aku mainkan. Dan saat itulah,
pertama kali aku bertemu dengan seorang gadis berkulit putih, berambut hitam
lurus,berparas cantik dan sangat anggun,penampilannya sangat berbeda dari yang
lainnya. Irene Puspa namanya,biasa dipanggil Irene, rumahnya memang agak jauh
dari rumahku, sehingga aku pun jarang bertemu dengannya. Hari pertama masuk
sekolah, aku mencukur rambut kepalaku karena saat itu aku belum punya rambut
yang lain. Waktu pertama masuk kelas aku melihat Irene yang memakai pakaian
yang rapi dengan rambut dikuncir,sungguh, wajahnya mengalihkan duniaku.
Ibu guru pun masuk kelasku, dengan
penampilan yang kurang meyakinkan, ia memakai kacamata bulat, dan lebih mirip
siluman beruang daripada menjadi guru. Ia pun berteriak memanggil namaku dengan
nada dasar F.Ia mengatur tempat duduk kami. Alangkah senang hatiku, Irene duduk
disebelahku. Saat pelajaran, aku sedikit curi-curi pandang padanya. Entah
mengapa hatiku serasa bergetar ketika ia
menyapa ku dengan suara merdunya yang bernada dasar D minor.
“
Hai, boleh aku pinjam pensilnya ?” Tanyanya padaku sambil melempar senyum
“Tentu, ambil saja di tas ku” jawab ku gugup
“Terimakasih
“
“Sama-sama”
Perasaanku aneh, belum pernah aku
merasakan perasaan seperti ini, perasaan ini lebih menyenangkan daripada
bermain gundu.Oh Tuhan inikah cinta ?.Setelah beberapa hari berlalu, sekolah
mengadakan vaksinasi cacar, vaksinasi ini merupakan yang pertama bagiku. Tentu
aku sangat takut. Untunglah dokternya cantik sehingga akupun tidak begitu takut
lagi. Salah satu teman baikku adalah laki-laki yang wajahnya seperti pentolan
boyband Indonesia, Andrew Stink namanya, biasa dipanggil Andrew. Kami
selalu main bersama, terutama bermain gundu. Menurut garis yang kubuat
berdasarkan jenis kelamin, mungkin Andrew masuk zona peralihan, karena wajahnya
setengah laki setengah perempuan. Yang paling berkesan dari Andrew adalah
kentutnya yang bersuara falseto.
Setelah
pulang sampai dirumah, aku harus berdinas dengan teman ku, apalagi selain
bermain gundu, aku kaget ketika tahu gundu kesayanganku tidak ada ditempat
biasanya, kemudian aku bertanya pada ibuku
“Ibu,
gundu-gunduku mana ?”
“Sudahlah
Ang, makan dulu sana, ada bakso spesial tuh !”
Sejenak aku lupa dengan gunduku, karena
aku mencurahkan perhatianku sepenuhnya pada bakso yang aku santap. Setelah
selesai
“Gundu-gunduku
??”
“Tenang
lah, gundumu ada di meja depan “
Akupun bernafas lega.
Dikelas ada tiga orang yang dikenal
paling nakal dan paling bodoh, namanya Wahyu, Pras, dan Yanto. Nama lengkap
mereka mungkin membuat orang tertegun, bagaimana tidak, namanya Wahyu bin
Al-Malingi,Prasetyo bin Al-Germoi, dan Yanto bin Al-Premani, gimana, nama
penjahat semua kan ?, mereka selalu berbuat keonaran di kelas, aku memberi
sebutan mereka “Tiga Sebangkai”mereka tidak naik kelas sebanyak dua kali.
Bagiku saat mereka bicara, aku hampir tak mengetahui apa yang mereka maksud,
seperti mendengar kucing yang menggonggong.
Tak
terasa kini aku telah duduk di bangku kelas 5 SD, seiring waktu, rasa cintaku
pada Irene kian bertambah, Irene kini tampak lebih cantik, tiap ku pandang
wajahnya serasa ada hembusan angin tertiup sepoi-sepoi menerpa wajahku, perlu
waktu beberapa lama aku menyadari kalau hembusan angin itu adalah kentut dari Andrew,
wekkkk,,,, baunya membuat nyeri hidung, untungnya ada Irene , jadi kentut Andrew
yang fals terdengar seperti simfoni bagiku. Saat masa jeda, pelajaran kosong,
kami gunakan untuk bermain bersama,setelah melakukan perundingan dalam forum
resmi yang bertempat dikantin, kami memutuskan untuk bermain polisi-polisian,
kebetulan Irenemenjadi polisi dan aku menjadi perampok, dalam hatiku berkata “
Jika aku yang jadi perampok, tentunya sasaran utamanya adalah cintamu “, akupun
tersipu sendiri
Hei......, teriakan Andrew membangunkan
aku dari khayalan, Irenepun mengejarku. Saat
Irenemengejarku, hatiku sangat gembira, aku bayangkan berlari dalam adegan slow
motion, wajahnya berseri-seri bagai pelangi di musim kemarau. Tiba-tiba,
braggggg......, aduh ciuman mautku mengenai tepat ditembok samping kantor guru,
mulutku pun berdarah, Irene pun menolongku, saat itu jelas sekali parasnya yang
menawan.Darah yang mengucur dimulutku
seakan seperti soda gembira. Hal itu pula yang menyebabkan aku tak begitu
konsentrasi pada pelajaran, setiap melihat bolpoin, aku selau berpikir, tinta
bolpoin itu kelihatannya sedikit, tetapi bisa untuk menulis berlembar-lembar
halaman, sama seperti cinta, hanya satu kata tapi berjuta rasanya.
Setelah
kenaikan kelas, perhatianku pada Irenesedikit terpecah, hal itu hal itu
disebabkan karena akan diselenggarakan Ujian Akhir Nasional (UAN). Aku
mengikuti bimbingan belajar di mana-mana. Tapi aku masih sempatkan untuk
bermain bersama Andrew, ia sering menanyakan hal-hal aneh padaku
“Angga,
aku punya tebakan, buah apa yang bikin bingung ?”
“Emm....,
aku tak tahu, apa itu ?”
“Buah
nanas “
“Lho,
kok bisa ???”
“Lha,
itu kamu bingung kan “
“Memang benar kata orang, lebih baik
bicara dengan seribu orang pintar daripada dengan satu orang bodoh.”
“Oh..,
tidak bisa “
“Kalau
mau gila tidak begini caranya, pake tuh otak “
Menjelang
ujian ini aku sangat sibuk mengurusi ini itu, tak kusadari selama ini Andrew
juga memendam rasa yang sama denganku, maksudnya bukan suka padaku, tetapi
sama-sama suka dengan Irene . Ketika hari valentine, Andrew menyatakan cintanya
pada Irene.Dan Irene pun menerimanya. Saat aku tahu hal itu, hatiku menetapkan
hari berkabung dan mengangkat bendera perasaan setengah kecewa. Disaat aku
membutuhkan sebuah motivasi, justru aku malah kehilangan teman hati ku, dan
mirisnya lagi, sahabatkulah yang merenggutnya. Dalam hatiku berkecamuk, apa
lebihnya dia daripada aku, apakah mungkin kentut falsnya, atau muka
peralihannya.Meskipun begitu aku harus fair terhadap Andrew, bagaimanapun
dialah yang memenangkan hati Irene .
Kegagalan
dalam cinta tak membuat konsentrasi ku pada ujian terpecah, saat hari
pelaksanaan ujian, aku bangun pagi dan berangkat sekolah lebih dini. Dikelas
aku pun belajar sedikit, saat pengawas datang, wajahnya mengalihkan
konsentrasiku pada buku yang kubaca. Astaghfirullah, wajahnya sama saja dengan
kebanyakan guru, tatapan matanya menunjukkan seperti kami ingin mengambil
jantungnya. Setelah ujian akhir selesai, aku mendaftar SMP terkemuka di kota.
Wahh..., sialan, untuk masuk saja, aku harus menyisihkan orang-orang kota, rasanya
seperti harus menghancurkan tembok Cina berlapis tembok Berlin.Betapa senang
hatiku saat kuketahui aku diterima di sekolah itu. Rasanya seperti ngebelah
atmosfer berlapis-lapis, meluncur bareng bareng gadis manis, wisata sepuasnya
ke Paris.
Tak
selang lama, dari penerimaan SMP, SD kami mengadakan tour ke “Kota Pelajar”
Yogyakarta, aku sebangku dengan Andrew, meski dia merenggut Irene dariku,
persahabatan itu lebih penting.Selama perjalanan kami bersendau gurau, transit
terakhir kami di Parangtritis, disana
aku merasakan desiran angin, tetapi kali ini bukan kentut Andrew, aku melihat
langit, aku iri dengan mereka, aku ingin menjadi awan yang bisa terbang bebas
di angkasa tanpa merasakan apa itu rasa cinta dan kecewa, tapi aku tersadar
dari rasa itu, justru rasa itulah yang membuat hidup berwarna, kehilangan
memberi arti memiliki, dan kecewa memberi arti rasa bahagia. Selang beberapa
hari kemudian, ada penerimaan hasil UAN pada siswa.Alhamdulillah ya, sesuatu
banget, nilaiku lumayan bagus.
Sehari
sebelum masuk hari pertama di SMP, malam hari aku melihat langit dan teringat
akan senyum Irene , saat itu pula aku merenung dan menyadari sesuatu, bahwa
bukan kentut fals Andrew atau wajah peralihannya yang memikat hati Irene ,
tetapi keberaniannya mengungkapkan perasaan yang selama ini tak pernah aku
miliki. Oh, miris, didalam dada ini terus mengusik keyakinanku, aku bertanya
apakah aku bisa memiliki hatimu yang telah termiliki. Mungkin ini takdir, tapi
aku selalu yakin Tuhan selalu tahu yang terbaik bagi hambanya. Hingga kini,
senyum itu, wajah itu, belum tergantikan sampai detik ini. Bila kau dengar,Irene
, aku ingin bilang “I Love You my first
love”. Because first love is never diesumber: http://anggorose.blogspot.com/2013/05/first-love-never-die-cerpen-romantis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar