Hello Friends, kali ini saya akan membahas tentang diskriminasi & etnosentrisme di sekitar tempat tinggal saya sekarang, (masih tentang tugas perkulihan saya) :).
pertama mari kita bahas apa itu etnosentrisme, simple: etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri. mungkin kalian sering kan mengkomen, "Mencaci", kelakuan kelakuan di sekitar anda, example: anda sedang jalan bersama teman teman di Mall, terus menemukan kelakuan yang ganjil, seperti misalnya seorang etnis Arab berpakaian terlalu tertutup (mirip-mirip ninja), lalu memandang dari perspektif sendiri dan mengatakan “aneh ya”, “mukanya jelek kali ya makanya ditutup”, atau “itulah mengapa dia tidak disukai” berarti kita memiliki etnosentrisme yang kaku. Tapi jika mengatakan “itulah cara yang dia pelajari untuk melakukannya,” berarti mungkin kita memiliki etnosentrisme yang fleksibel. did you get it? itulah etnosentrisme :)
now lets talk about what i got in my own place. saya kost di daerah depok. it's a good place, good friends here, my hometown is Cirebon city. tentunya menemukan perbedaan adat dari kota saya sendiri. beberapa orang dari luar jawa pun saya bertemu di depok, kaya Padang, Medan, Ambon, Pekanbaru dll. contoh: teman yang dari Medan bicara pasti volume lebih dominan alias besar, ngomong biasa saja gede apalagi marah :) (waktu itu pernah denger dia lagi marah-marah di telpon juga loh), sangat berbeda dengan adat dikeluarga saya yang masih punya darah "jowo"nya mostly "Jogjakarta" yang cenderung "alus" pelan, selow seperti di pantai.
lalu Etnis Padang, pada waktu itu saya datang ke suatu Wedding teman disini, dan melihat teman dari Padang makan sambil berdiri, padahal tempat duduk tersedia. pernah baca suatu artikel bahwa makan/minum ga baik buat kesehatan kita. Dalam hal -hal ini etnosentrisme fleksibellah yang harus dikembangkan. Dengan etnosentrisme fleksibel, kehidupan multikultur yang damai bisa berlangsung sementara masing-masing kultur tidak luntur juga. sebab dalam adat-adat yang berbeda itu memiliki sisi positifnya juga selain negatifnya.
Etnosentrisme jelas bukan sesuatu yang harus dihilangkan sama sekali. Ia patut dipelihara karena etnosentrisme memang fungsional. Mungkin kita menduga bahwa keterikatan yang kuat dengan budaya etniknya akan menyebabkan rendahnya rasa kebangsaan. Sebuah penelitian yang dilakukan Panggabean (1996) membantah hal tersebut. Ia menemukan bahwa meningkatnya keterikatan seseorang dengan nilai budayanya akan diikuti dengan sikap kebangsaan yang positif. Sebaliknya, menurunnya keterikatan seseorang dengan nilai budayanya akan diikuti dengan sikap kebangsaan yang negatif. Jadi tidak berarti seseorang yang sangat terikat dengan budaya etniknya lantas melunturkan keindonesiaannya. Seseorang yang sangat etnosentrik belum tentu kurang Indonesianis ketimbang mereka yang kurang etnosentrik.
Lalu itu pilihan anda. mau memilih etnosentrisme yang kaku atau etnosentrisme yang fleksibel atau malah tidak memilih sama sekali? :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar