Kamis, 03 April 2014

Lembaran Baru Jakarta

         Jakarta, sebuah kota metropolitan yang teretak dibagian barat laut pulau Jawa yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, karena itu Jakarta menjadi kota metropolitan terbesar di Asia Tenggara dan kedua didunia. Sebagai ibukota Negara Indonesia, Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau disingkat DKI Jakarta ini juga menjadi pusat bisnis, politik, dan Kebudayaan. Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor khusus seperti kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga menjadi tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor seketariat ASEAN.
Baru setahun jalan ini, DKI Jakarta mendapatkan Bupati barunya, Ia bernama Jokowi. Pemimpin baru yang gemar blusukan ke daerah sekitar untuk memperhatikan rakyatnya berhasil mengambil hati warga Jakarta dan meraih peringkat satu di pemilihan suara. Terhitung sejak tanggal 15 Oktober 2012, Ia merupakan gubernur ke-16 yang memimpin Ibukota Indonesia. Melalui pengalaman menjabat walikota Surakarta (Solo) selama dua periode 2005-2010 dan 2010-2015, namun baru 2 tahun menjalani periode keduanya Ia mendapat apresiasi dari warga Jakarta untuk memimpin Ibukota Negara. Didampingi Basuki Cahaya Purnama atau paling dikenal dengan panggilan Ahok dipilih sebagai wakil gubernur DKI Jakarta. Seperti ditakdirkan untuk bersama, mereka berdua tampak serasi dengan gaya Jokowi  dan Ahok yang saling mengisi kekurangannya. Jokowi yang terkesan nyantai dan suka turun ke daerah-daerah untuk memonitoring sangat berbeda dengan Ahok yang begitu tegas dan tajam disetiap argumen-argumennya. Sebelumnya Ahok merupakan Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014 dari partai Golkar namun mengundurkan diri pada 2012. Setelah mencalonkan diri sebagai wakil gubernur DKI Jakarta untuk Pemilukada 2012. Dia pernah pula menjabat sebagai Bupati Belitung Timur periode 2005-2006. Dalam pemilu gubernur Jakarta 2012, mereka memenangkan pemilu dengan presentase 53,82% suara. Pasangan ini dicalonkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai GErakan Indonesia Raya (Gerindra).
         Sudah setahun sejak 15 Oktober 2012 Jokowi Ahok menjabat, tidak terasa mereka telah memimpin sebuah wilayah dengan warga 520 ribu lebih tentu tidak sama dengan saat memimpin wilayah yang dihuni 10 juta manusia. Tentu ini bukan tugas mudah, terlebih dengan semua masalah sosial yang menjadi warisan pemerintah terdahulu.
Dua masalah utama Jakarta sudah pasti adalah kemacetan dan banjir. Dengan menormalisasi beberapa waduk (Pluit dan Ria Rio), pemerintahan Jokowi mengembalikan fungsi waduk seperti sedia kala. Langkah ini dianggap mampu mengurangi kpotensi banjir. Dua puluh hektar lebih wilayah waduk Ria Rio akan diubah kembali menjadi jantung penampungan air. Ini akan baru rampung tahun depan, ratusan kepala keluarga sudah dipindahkan dari hunian sementara mereka yang sempit menjadi penyebab banjir.
      Sebelumnya Jokowi dan Ahok juga merelokasinya banyak pedagang kaki lima dan kawasan Tanah Abang dan memindahkan mereka ke ruko blok G. Dibersihkan wilayah Tanah Abang dianggap banyak pihak sudah mengurangi kemacetan Jakarta dengan cukup signifikan dikawasan itu.

      Pengamat tata kota dari USAKTI. Yayat Supriyatna mengatakan bahwa yang menonjol dari setahun pemerintahan Jokowi-Ahok hanyalah segi kepemimpinan saja tapi dari skala kinerja membangun Jakarta keduanya masih belum maksimal diketahui penyerapan anggaran pembangunan menurut sebuah data baru sebesar 60%. Tak heran jika saat ini baru skala mikro saja yang bisa dibilang ada kemajuan sementara isu makro di Jakarta seperti kemacetan dan banjir masih jauh dari harapan. Yayat Supriyatna menilai pencapaian terbaik Jokowi dan Ahol setahun ini adalah mendorong mental percaya pada kemampuan diri sendiri bagi masyarakat Jakarta.
Maka dari itu jika kita telusuri dari perkataan Yayat Supriyatna tadi adalah walaupun pencapaiannya masih belum terlalu terasa oleh masyarakat Jakarta, lambat laun semoga semua tindakan itu bisa merubah keterpurukan tatanan kota DKI Jakarta ini. Namun semua gebrakan-gebrakan Jokowi-Ahok akan terasa seperti hembusan angin belaka jika tidak barengi dengan kesadaran masyarakat DKI Jakarta sendiri.  Karena semuanya butuh kerja sama untuk saling menjalankan tugas-tugas bersama yang akan berdampak baik untuk ibukota kita ini.

Tidak ada komentar: