Minggu, 05 Januari 2014

Kepasrahan Jiwa



pada suatu hari, ada seorang anak laki laki kecil yang selalu ceria. Ia bernama Sore,  hobinya adalah bermain bola dan menatapi langit hingga Ia mengantuk  dan akhirnya tertidur.  Namun, tiba suatu saat ketika tidur Sore didatangi mimpi yang menyeramkan,  mimpi Sore adalah ditinggalkan sang ibu dan adiknya dalam sebuah kecelakaan yang mengerikan.  Sore terbangun dengan tangisan lalu berteriak “Ibu ibu!  Nick nick! Dimana kalian?!” sambil berlari mencari keberadaan sang Ibu dan adiknya Nick. “Hey hey Ibu disini kamu kenapa sih bangun-bangun kok nangis?”  kata Ibu.  Sore berkata dalam tangisnya “Aku mimpi Ibu dan Nick kecelakaan bu,  aku takut sekali mimpi itu seperti nyata!!  Adik mana??” Ibu jawab “lihat kejendela nak, adikmu sedang  bermain sepeda tuh. Lagian itukan Cuma mimpi saja kan?  Jangan takut dong nak, anak ibu kan kuat! Hehe”  lalu dipeluklah Sore oleh sang Ibu. Sore terlalu nyaman dipelukan ibu hingga ia tertidur kembali dipelukan sang Ibu.  Ibu pun secara perlahan memberikan pelukan sore ke Ayahnya untuk dipindahkan ke tempat tidurnya semula.  Sang Ibu berbisik ke Ayah untuk izin pergi mengantarkan Nick ke toko sepatu, sang Ayah menganggukan kepala tanda Ibu diizinkan pergi.
Bau tanah tercium, sang Alam mengisyaratkan bahwa akan ada hujan turun.. Tak selang beberapa jam, Sore kembali  terbangun dengan gelisah, karna mimpi itu datang kembali. Sore berteriak “Ibu!! Adik!!” Sore berlari membuka pintu kamar, Sore terkaget karena ayahnya ada tepat didepan pintu kamar Sore, dengan mata memerah Ayah memeluk sangat erat Sore dan berbisik “Ibu dan adikmu kecelakaan nak dan tidak bisa diselamatkan..”  lalu Sore menangis semakin keras dan ayahnya berusaha menenangkannya. Ternyata pelukan tadi adalah pelukan terakhir Sore dengan ibunya.
10 tahun berlalu, Sore sudah masuk jenjang SMA. Sudah tidak ada lagi Sore yang ceria, hari dimana Ibu dan adiknya meninggal adalah hari terakhir Sore ceria, hari terakhir bermain bola. Tetapi hobi menatap langit masih melekat dikesehariannya.  Sekarangpun dia menyadari bahwa  dia mendapatkan keistimewaan kemampuan indigo. Sore juga mengikuti komunitas spesial dimana anggotanya mempunyai kemampuan tersebut.  Sore hari itu Sore sudah janjian dengan anggota komunitasnya untuk mendatangi pertemuan rutin,  perempuan nan cantik, namanya Indah.
Dalam pertemuan biasanya satu persatu anggotanya sharing tentang mimpi atau firasat yang mereka dapat.  “Ayo sekarang siapa yang mau duluan bercerita sesuatu?” Indah bertanya kesemua anggota. Indah melihat ke Sore. Sore hanya diam. “Si Sore kayanya ga ada cerita nih ya dari 2 minggu lalu? Enaknya dikasih hukuman nih kawan-kawan haha” Indah bercanda dengan anggotanya.  Pertemuan pun selesai dihari itu. Anggota mulai meninggalkan ruann, Sore dan Indah masih didalam sambil melipat kursi kursi.  “kamu kenapa sih ga kaya biasanya gitu?” Indah bertanya ke Sore.  “engga apa apa, aku cuma bingung” kata Sore, Indah menjawab “lho bingung? Biasanya nih ya orang yang sharing diakhir katanya rata-rata pasti bilang ‘aku bingung deh blablabla’ makanya cerita dong anggota komunitas ini kan bisa bantu, ah! Kamu ini kaya anggota baru aja” Sore menjawab  dengan senyuman “ iya juga sih tapi aku gak kenapa-kenapa kok” , “haha kamu tau ga sih pada umumnya orang merasa bahwa kebohongan yang dilakukannya bertujuan melindungi yang dibohongi ataupun melindungi diri sendiri. Sangat jarang orang mengaku berbohong untuk mendapatkan keuntungan personal, seperti misalnya mendapatkan harta benda. Mereka beralasan bahwa akan tidak nyaman bagi pembohong maupun yang dibohongi jika harus mengatakan yang sebenarnya. Oleh karena itu berbohong digunakan sebagai cara agar semuanya merasa nyaman.” Kata Indah, Sore jawab “aduh siapa juga yang bohong, makin bingung aku.. makan deh yuk"
Sore kembali kerumah,  tidak lupa juga membawakan makanan untuk makan malam ayahnya.  Setelah mandi dan mengerjakan tugas sekolahnya  Sore mengakhiri hari itu dengan tidur sambil menatap foto ibunya.  Namun,  mimpi menyeramkan itu kembali,  Sore bangun dengan muram, Ayahnya sudah didepan berdiri menatap Sore. “Kenapa Ayah berdiri didepanku?” tanya Sore, “Ayah dengar kamu teriak tadi, kalau kamu gaenak badan bilang ayah ya.” Kata Ayah. “engga apa-apa kok yah, Cuma mimpi itu..” belum selesai  Sore bicara Ayah memotong  “sudah nak, kamu mungkin hanya kecapean saja. anggep saja mimpi kamu kali ini cuma bunga tidur..”  Sorepun kembali tidur.
Pagi datang, Sore sudah siap untuk sekolah dengan motornya. Setelah pamit dengan ayahnya Sore berangkat. “teng” jam istirahat berbunyi. Sore menemui Indah, “hey ada apa nih? Kok kamu pucet gitu?” kata Indah, “ hm hmm engga aku cuma pengen ngajak bareng makan aja” kata Sore, “yaudah yuk cepet, belum makan  ya makanya pucet gitu..”  mereka menuju kantin dan duduk bersebelahan.  “aku mau tanya kamu sebenernya, kita ini bisa ga merubah takdir? Aku bingung kita dikomunitas spesial ini sering sekali ngumpul tapi yang aku lihat kita hanya diam, tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa merubah apa-apa” kata Sore, “kamu benar kita ngumpul kesana kemari hanya diam, karena kita berkumpul untuk menerima, menerima keadaan yang ada, kita bersatu agar bisa saling menguatkan satu sama lain, itulah sebenarnya tujuan komunitas kita ini..” jawab Indah “kita ini bukan nabi atau malaikat yang bisa tahan dengan segala fakta yang mengerikan ini, aku belum bisa sepasrah mereka” Sore dengan nada marah.  Indah menjawab “kalau begitu mari kita belajar dari Awan tak pernah bertanya mengapa ia harus berubah bentuk mengikuti hukum Alam
Hari ini ia menghiasi biru warna langit, Namun Esok,
Boleh jadi ia akan jatuh ke bumi dalam bentuk titik-titik air,
Mengalir melalui Sungai, Menggapai Samudera lepas.
Kemudian ia menguap, menjadi kristal-kristal es dan kembali menjadi awan.
Begitu seterusnya,

Awan tak pernah bertanya, Mengapa Ia harus turun dari tahta langit,
dan luruh membasuh bukit.

Ia hanya percaya, Alam memberinya keluasan langit untuknya bergantung, Cinta
memberinya rumput dan dedaun untuk di basuhi,
memberinya sungai untuknya membentuk aliran, Karya
memberinya Samudera untuknya menuju.
dan kembalinya ia menguap adalah sebuah alunan, Nada
Sebagai bukti keseimbangan dan harmonisasi alam.”
Sore terdiam sejenak lalu berkata “aku takut kehilangan seseorang yang kucintai lagi” Indah “semua orang pasti akan ditinggalkan, hanya waktu yang menentukan. Aku juga sepertinya akan ditinggalkan Ayahku yang sedang sakit di Batam. Besok juga aku akan terbang kesana” Sore dengan gelisah berkata “kamu akan terbang besok??”  Indah jawab “iya mengapa? Tiketnya sudah aku beli kemarin” Sore: “bisakah ditunda..”  Indah berkata “tidak, aku harus ketemu Ayah selagi Ia sadar”.  Sore tidak bisa membendung tangisnya dan Ia pergi meninggalkan Indah.
Keesokan harinya Sore terbangun dengan pelukan Ayah disampingnya karena semalam Sore sangat gelisah.  Sore masih tidak bisa menerima kenyataan jika harus kehilangan Indah. Sore keluar menunggangi motor tanpa sepengetahuan ayahnya yang masih tidur. Dilain tempat Indah sedang dalam perjalanan ke bandara, Indah menangis. Tepat saat Indah menangis tiba-tiba ban motor Sore tergelincir lumpur hingga membenturkan kepala Sore ke aspal. Pagi itu benar-benar diluar firasat Sore jika ternyata Sore yang akan meninggal, namun lain cerita dengan keadaan Indah yang harus berserah diri pada keadaan yang akan terjadi.  The end

by: andryan dg

Tidak ada komentar: